Minggu, 19 Desember 2010

The Other Students In Hogwart School of Wicthcraft and Wizardy

Hi This is Duezuk Chavenkov who's been busy stalking my fandom :P

Then i have to post my Harry Potter FF ... but Harry and the others, will not be the main character in this story. It's about the other student who study at Hogwarts, it's me... Horrayyyy *face palm*
Whatever this is my Story. Just enjoyed it :D

*Knight Bus dan Diagon Alley*

Ketika itu liburan musim panas hampir berakhir, di sebuah rumah yangterletak di Huckleberry street no. 12 terbaring anak di sebuah papan yang beralaskan kayu tipis sedang tertidur dengan ketinggian dua meter diatas tanah. Anak itu tertidur dengan lelapnya sehingga tidak mengetahui bahwa ranting daun-daun dari sebuah pohon tempat dia tidur bergoyang-goyang tertiup angin. Anak perempuan itu mengenakan celana jins dan kemeja panjang kotak-kotak, dengan rambut diikat ekor kuda. Dia tidak sadar bahwa saking tertidur lelapnya tongkat sihir yang ia selipkan di sebelah kiri kantong celananya jatuh ke tanah. Akhirnya karena tertimpa daun-daun kering yang berjatuhan di atas mukanya, gadis itu terbangun. Jam berapa ini? Tanyanya dalam hati, memeriksa arloji dipergelangan tangan sebelah kirinya, masih setengah tiga sore. Tetapi matahari masih bersinar terik sekali, dan angin yang bertiup pun terasa panas menyentuh kulit. Ia bangkit dari kesenangan berbaringnya, dan duduk bersila diatas papan, memandang kebawah sambil merogoh ke kantong celana bagian kirinya, sial, tongkat sihirku jatuh lagi!! Rutuknya dalam hati, mau tidak mau ia harus memanjat turun untuk mengambil tongkatnya. Sepertinya gadis itu harus mengakhiri kesenangannya berbaring diatas rumah pohon yang ia buat bulan lalu. Ia memakai kacamata yang ia letakkan disebuah lubang pohon yang terletak dihadapannya. Sambil melompat ke bawah ia memungut tongkat sihir yang ia beli di Diagon Alley dua tahun yang lalu, penjual tongkat –yang ia lupa namanya- menawarkan tongkat yang terbuat dari sisik naga ekor berduri dari/Hungaria/ dan sehelai bulu dari mahluk yang bernama Hippogrif. Dengan ukuran dua puluh sembilan koma lima sentimeter dengan warna yang bercorak abu-abu dan hitam pekat. Terbuat dari pohon dedalu tua yang berumur ratusan tahun.Tongkat itu merupakan benda yang amat sangat berharga baginya, karena merupakan alat ‘vital’ bagi para penyihir. Selain itu karena penjual tongkat berkata padanya bahwa tongkatnya mempunyai kekuatan terselubung di dalamnya. Tetapi sayangnya ia tidak berkata banyak tentang kekuatan yang terselubung didalamnya, ia malah berkata “biarlah pemiliknya yang menemukan”. Gadis itu hanya terbengong-bengong. Ia mengamati tongkat sihirnya, mengelus permukaannya, apakah ada cacat akibat terjatuh tadi. Ia sangat menjaga tongkatnya, setiap hari selalu dibersihkan dengan teratur dan di simpan ditempat yang aman. Sambil mengamati tongkatnya ia berjalan menuju rumahnya yang berjarak tiga meter dari rumah pohonnya. Rumahnya dikelilingi pohon-pohon yang rimbun dan halaman rumput yang luas. Dan dibatasi oleh tembok setinggi dua meter. Memang kesannya agak tertutup sekali, tapi sangat nyaman untuk ditinggali. Ia memasuki pintu rumah dan membukanya. Rumahnya terlalu kecil dibanding halamannya yang luas, tapi itu cukup karena hanya di huni oleh empat orang. Sekarang ia sendirian di dalam rumah, karena ayah dan ibunya pergi bekerja, dan sepupunya yang tinggal di sana sedang pergi shopping ke sebuah Mall di London. Ia bergerak menuju dapur dan memandang keluar jendelanya. Berpikir bahwa burung elangnya –Watson mengirimkan kabar dari teman-temannya. Beberapa hari menjelang akhir liburan musim panas teman-temannya berhenti untuk menyuratinya, mungkin semua sibuk untuk mempersiapkan untuk masuk nanti. Dan mungkin orang yang satu-satunya terlalu santai adalah dirinya, ia bahkan belum membeli buku-buku yang harus di beli untuk semester nanti, padahal daftar bukunya sudah datang beberapa hari yang lalu, dasar malas, sesalnya dalam hati. Mungkin besok aku akan belanja ke Diagon Alley, dengan naik Knight Bus, pikirnya dalam hati. Ia sangat menyukai naik Knight Bus karena, ia menyukai kondektur busnya yang ketahuan bernama Stan Shunpike, padahal tidak ada yang special dari Stan, malah wajah dan leher stan dipenuhi banyak jerawat. Aneh memang, pikirnya, tetapi tetap saja ia menyukainya. Telepon berdering, dan dengan tergesa-gesa ia mengangkatnya.

“ halo, dudu, ini aku Natalie!” sepupunya yang pergi belanja ke mall menelponnya.

“ yeah ada apa? Sudah belanja apa saja kau?”

“ banyak, dan sepertinya aku akan pulang terlambat, tolong sampaikan pada mom dan dad, mungkin aku baru pulang nanti malam!”

Sambil memegangi kabel telpon Dudu menjawab,

“ sepertinya mom dan dad akan pulang terlambat juga, karena hari ini mereka lembur kurasa, jadi tak perlu khawatir!”

“oh begitu, oh ya aku mungkin akan mampir ke toko CD di /Fourth Avenue/,apa kau mau titip sesuatu!”

Dudu berfikir sejenak “ aku titip CD kosong kalau begitu!”

“oh gampang, kalau begitu sampai nanti, bye!”

“bye”

Dudu meletakkan kembali gagang telpon ketempat semula. Ah kembali sendirian di rumah. Mungkin malam ini ia bisa ke Leaky Couldron sendiri kalau begitu, dan berpura-pura menjadi penyihir yang tersesat di malam hari supaya ia bisa naik Knight Bus. Licik juga aku ini, pikir dudu. Menjelang malam hari, saat pukul tujuh malam Dudu pergi meninggalkan rumah dan membawa kunci cadangan dan telah memberitakan kepada orang

tuanya bahwa Dudu akan pulang besok malam. Sambil tak lupa membawa daftar buku yang akan ia beli, dan tentu saja beberapa Galleon untuk membeli buku, dan jajan tentunya. Dudu memakai sepatu wariornya dan memanggul tas ranselnya di bahu, tentu saja tongkat sihirnya tak lupa ia bawa. Pada tahun ketiganya di Hogwarts ini, ia menjadi sangat mandiri, dan sangat suka berpergian sendiri. Berpetualang di sekolah memang sangat menyenangkan menurutnya dan dudu sangat menyukai sekolah sihirnya ini. Berbeda dengan Natalie –sepupunya- yang sekolah di Beauxbatons academy karena ia cerdas dan cantik, dan tentu saja mahir berbahasa Perancis. Dudu lebih memilih Hogwarts karena berpikir sangat menyenangkan belajar di bawah pengawasan Dumbledore yang menjadi penyihir favouritenya. Ia jadi teringat pengalamannya dua tahun yang lalu ketika burung hantu mengirimkan surat bahwa ia diterima di Hogwarts. Ini menjadi kebanggaan tersendiri baginya, karena hanya ia satu-satunya yang masuk Hogwarts, berbeda dengan sepupu-sepupunya yang lain, James misalnya, ia sekarang memasuki tahun pertamanya di Durmstrang, di Bulgaria. Dan Renya yang Bersekolah di Beauxbatons sama dengan Natalie. Pertama kali ia datang ke Hogwarts Dudu diantar oleh ayahnya, yang bekerja di St. Munggo. Ayahnya juga bersekolah di Hogwarts, di asrama yang bebeda dari dudu, ayahnya di asrama Ravenclaw. Sedangkan Dudu, yang diseleksi oleh Topi Seleksi masuk asrama Gryffindor. Ia jadi teringat ketika berada di stasiun King’s Cross, sangat terkesima oleh peron sembilan tiga perempat, yang ia masuki dengan menabrakkan diri ke dinding. Sungguh luar biasa, pikirnya pada saat itu. Hogwarts express yang berwarna merah, mengepulkan asap dari cerobongnya. Banyak anak-anak yang menlongokkan kepala mereka dari jendela, untuk berpamitan kepada keluarganya. Dan keadaan sibuk serta padat sekali. Ketika dudu melangkahkan kaki ke Hogwarts Express sambil membawa koper dan sangkar burung elangnya, ia menjadi bersemangat sekali. Ia memasuki salah satu kompartemen di pertengahan kereta yang baru berisi satu anak, yang sepertinya juga baru, sama seperti dirinya. Dari sanalah ia mengenal Landy Houbeinne, anak yang sekarang menjadi teman akrabnya dan satu asrama dengannya. Landy berambut ikal panjang, yang selalu diikat kucir kuda. Berbeda dengannya yang berambut hitam lurus dan tipis. Landy adalah sahabat pertama Dudu di Hogwarts dan sama-sama ‘sinting’ seperti dirinya. Di tahun pertamanya, Dudu, Landy, dan satu temannya yang lain, Narsicca Leurentz pernah melakukan hal yang ‘keren’ menurutnya, mereka pernah menyelinap ke hutan terlarang yang jelas-jelas murid tidak diizinkan masuk kesana. Dan menemukan sejumlah Centaurus yang saat itu sedang berkumpul, menurut Landy para Centaurus tersebut sedang mengadakan rapat. Sebelum mereka sempat mencuri dengar, salah satu Centaurus memergoki mereka dan melaporkan kepada Hagrid. Dan mereka mendapat Detensi dari Profesor McGonagall. Dudu jadi terkikik geli, memikirkan kejadian pada waktu itu, memikirkan wajah panik landy saat Centaurus mendekatinya.

Langit sudah lumayan gelap, menyusuri sepanjang jalan Huckleberry bukan merupakan pilihan yang bagus saat ini. Dudu berjalan lambat-lambat dan sesekali menoleh kebelakang, berpikir mungkin Knight Bus akan datang dari arah yang berlawanan. Sesampainya di sebuah taman bermain ia berhenti sejenak, rasanya ia sudah cukup lelah. Ia duduk di salah satu kursi. Jangan-jangan malam ini knight Bus tidak beroperasi, pikirnya dalam hati. Dudu memandang sekeliling, sepi sekali, angin bertiup agak sedikit lebih kencang dibandingkan tadi sore. Dudu memandang bawah sepatunya, khawatir bahwa ini bukan ide yang bagus, mungkin akan lebih baik kalau ia menitipkan daftar bukunya ke Dad agar Dad bisa membelikan untuknya. Dudu duduk sambil memeluk erat kakinya, dingin sekali sih. Dudu jadi berpikir seandainya saja ia bisa pergi ke /Leaky Couldron/ dengan menggunakan sapu terbangnya –/Nimbus 2001/ mungkin akan lebih cepat, tapi ini adalah daerah para /Muggle/, bisa sangat berbahaya jika ia menggunakannya, bisa-bisa ia terlempar ke /Azkaban/, tempat tahanan bagi para penyihir yang terhukum berat dan di jaga oleh banyak /Dementor/. Dudu jadi bergidik, ia membayangkan mahluk tanpa muka itu menyerangnya. /Dementor/ adalah mahluk yang mengerikan, menurut buku yang ia baca, yang paling menakutkan dari /Dementor/ adalah ciumannya, yang akan menghisap jiwa kita, kalau sudah begitu kita mungkin akan mati. Dudu menjadi ketakutan sendiri, dan ia mengalihkan pandangan ke sebelah kiri, bertanya-tanya kapan /Knight Bus / akan datang. Sambil melirik arloji ia bangkit dari duduknya. Tongkat sihirnya teracung di tangan kirinya. Dari kejauhan terdengar bunyi klakson yang pernah ia dengar sebelumnya dan bayangan bus transparan mendekati seperti kepulan asap. ” DUARR”, bus itu berhenti mendadak persis di depan hidungnya. Jantungnya berdegup kencang, teringat wajah Stan Shunpike. Pintu bus pun terbuka dan Stan dengan topi miringnya terlihat.

“ selamat datang di Knight Bus, transportasi darurat bagi para penyihir yang tersesat. Julurkan saja tangan-pemegang tongkatmu, naiklah ke atas, dan kami bisa membawamu kemana saja kau ingin pergi. Namaku Stan Shunpike kondekturmu malam ini… oh kau lagi mau apa kau?” terdengar suara Stan yang keheranan mungkin kedengarannya ia bosan. Dudu hanya bisa memandangnya tanpa berkedip, ia tak menyangka Stan akan ingat dengannya, padahal ia hanya pernah sekali naik bus ini dan sedikit berkirim surat dengan Stan, tapi tak pernah di balas oleh Stan.

Stan menghela nafas “ masuklah cepat!”

Seperti robot dudu memasuki bus, dan ia berjalan mengikuti Stan dari belakang. Stan berbalik memandangnya, di bawah tatapan Stan, Dudu hanya bisa menunduk memandangi lantai Knight Bus.

“ mau kemana kau?” Tanya Stan acuh tak acuh sambil mengunyah permen karet.

“ Leaky Couldron, London!” jawab dudu tergesa-gesa, gugup.

“ kau dengar Ernie, Leaky Couldron, London!”

Ia mengulurkan tiket, dan dudu langsung membayar sebelas Sickle dan mengambilnya, berniat menyimpannya seumur hidup. Dudu memilih tempat dekat Stan berdiri, supaya ia bisa lebih memandangi Stan. Stan menyender pada tiang Bus sambil membaca Daily Prophet, sambil sesekali melihat keluar jendela. Sepertinya ia tidak peduli pada Dudu, tiba-tiba dudu menjadi sangat sedih. Dudu memang sudah mengira akan seperti ini jadinya, bahkan semua surat yang dikirimkan kepada Stan tidak pernah sekalipun dibalas. Tapi dudu selalu dan selalu mengirimkan Stan surat, walaupun yang dikirimnya hanya beberapa kata, seperti ‘apa kabar atau bagaimana keadaanmu hari ini?’ mungkin Stan berpikir itu hanya omong kosong. Dudu berpegangan erat pada ranjang yang ia duduki, yang bergoyang-goyang liar karena pegemudi menyupir ugal-ugalan. Bus melewati jalanan kota yang masih ramai oleh para Muggles dan kendaraan mereka. Knight Bus tidak akan terlihat oleh para Muggles. Di belokkan, bus

membelok sehingga dudu terlempar ke sisi jendela, dan bahunya terbentur, sakit sekali, dudu meringis sambil memegangi bahunya. Stan masih sibuk membaca Daily Prophet, sehingga tak memperdulikan dudu sama sekali. Dan tiba-tiba bus berhenti, Dudu memandang keluar jendela, sepertinya ia sudah sampai.

Dudu bangkit dari ranjang yang ia duduki, dan bergerak kearah pintu, tapi Stan tiba-tiba menghalanginya

“tunggu sebentar!” panggilnya acuh, ia memandang Dudu, dan merogoh sakunya.

“ ini untukmu!” ia menyerahkan sesuatu yang dibungkus oleh kertas kumal berwarna coklat. Dudu hanya bisa terbengong.

“ambilah, anggap saja sebagai balasan dari surat-suratmu, dan…” ia menggaruk-garuk kepalanya dan mengerjap-ngerjapkan matanya yang kecil.

“te-terima kasih a-atas se-semua su-suratmu, a-aku ba-baik sa-saja!” ia

berkata tergagap-gagap sambil memandangi lantai bus. Dudu, tentu saja ia amat senang sekali, saking gembiranya ia mendekati Stan dan mencium pipinya, dan langsung melesat keluar bus. Berhenti melangkah setelah keluar dari bus, dan memandang pria yang berdiri terpaku di depan pintu bus. Dudu melambai dan tersenyum pada Stan, tapi Stan hanya berdiri mematung, saat bus melaju, stan berdiri di pintu sambil meneriakkan “AKU AKAN MEMBALAS SEMUA SURATMU SECEPATNYA!” dan Knight Bus pun tak terlihat lagi. Dudu hanya tersenyum riang saat ia memasuki Leaky Couldron. Ia memesan kamar untuk sehari kepada Tom yang berbadan bungkuk. Dudu buru-buru memasuki kamar yang ia pesan dan duduk di atas ranjang. Sambil mengamati bungkusan yang ada ditelapak tangannya, ia membukanya perlahan-lahan. Dan terkesima saat memandangnya, sebuah liontin sebesar bola pingpong yang didalamnya terdapat sebuah rumah yang dikelilingi salju dan pohon natal. Dan saljunya bergerak, dudu sangat menyukai hadiah dari Stan itu, walaupun sepertinya terlalu besar untuk ukuran liontin, tapi dudu akan memakainya sebagai hiasan tasnya. Dudu berbaring dan menatap ke atap, hari ini sangat menyenangkan, sambil memandang kembali liontin yang diberikan oleh Stan. Memejamkan mata, dan lama-lama Dudu pun tertidur lelap. Dalam tidurnya Dudu memimpikan Stan, senyum menghiasi bibirnya dalam keheningan malam.

Pagi hari terasa sangat menyenangkan, dudu menyenandungkan lagu /The Weird Sisters/ yang berjudul /I love you like I love you/ /today/. Ia bersiap-siap untuk pergi ke Diagon Alley, untuk membeli keperluan sekolahnya dan membaca kembali catatan kecil yang berisikan buku yang harus ia beli. Pintu diketuk tiga kali entah oleh siapa ketika dudu sedang mengikat tali sepatu Warriornya, ia membuka pintu, ternyata Tom si bungkuk yang tersenyum lebar sambil memegang sangkar burung yang berisikan Watson. Watson ada disini, dudu agak sedikit heran. Tapi kemudian Tom berbicara “burung anda datang tengah malam tadi, sepertinya mengantar surat!” Tom menunjuk kaki Watson, dan disana terlihat secarik kecil perkamen berwarna coklat. Tom berdehem dan mulai bicara lagi “dan ayah anda, Mr Chavenkov mengirim koper anda kesini!” tom menunjuk sebelah kiri dan disana tergeletak koper yang tak asing bagi Dudu. Tom mulai berbicara lagi “ ia berpesan agar anda tinggal disini sampai tahun ajaran baru di mulai di Hogwarts”. Tom memasukkan koper dudu kedalam kamar dan meletakkan sangkar yang berisi Watson di sebuah meja dekat jendela. Dan langsung melangkah keluar, sepertinya Tom agak jijik melihat Watson atau… dirinya, pikir Dudu. Dudu menghampiri sangkar Watson dan menarik secarik perkamen yang terikat dikaki Watson, burung itu terlalu pendiam menurut Dudu, ia hanya bisa mengentakkan kaki jika lapar dan mengepakkan sebelah kiri sayapnya jika ingin keluar sangkar. Sungguh burung yang miss communication keluh Dudu. Dudu membuka perkamen itu, dan sudah bisa ditebak siapa yang mengirimkannya, ayahnya menuliskan beberapa kalimat

Dear dudu

Maaf/, /untuk kali ini aku tak bisa mengantarmu ke Hogwarts. Dan ini barang-barangmu. Karena kau telah berada di leaky cauldron, menurutku dan mom sebaiknya kau berangkat dari sana saja, supaya tidak repot harus balik ke rumah lagipula lusa kau harus berada di peron sembilan tiga perempat. Kau akan diantar oleh Mr Houbeinne ke King’s Cross aku sudah menghubunginya. Jadi kau akan pergi bersama Landy. Maaf sekali lagi karena tidak bisa mengantarmu, aku dan mom benar-benar sibuk. Kuharap sekantong uang ini yang kuselipkan ke kopormu cukup untuk membeli sesuatu yang kau butuhkan di Hogwarts dan jangan berbuat yang dilarang.

Dad

Dudu melipat perkamen itu dan menyelipkan di kopernya. Ia mulai membongkar isi koper, khawatir jika ada yang tertinggal. Kelihatannya semua beres, hanya cadangan kaus kakinya tidak mencukupi. Ia harus membeli kaus kaki di Diagon Alley. Dudu meninggalkan kopernya yang telah di tutup dan memberi Watson sedikit daging kalengan serta susu. Ia bergegas keluar kamar penginapan. Menuruni tangga dan menitipkan kunci pada Tom. Digenggamnya liontin yang diberikan oleh Stan dan tersenyum sendiri. Berangkat untuk sarapan pagi.

Sesudah sarapan Dudu ke halaman belakang, mengeluarkan tongkatnya, mengetuk batu bata ketiga dari kiri di atas tempat sampah, dan mundur saat gerbang lengkung menuju Diagon Alley membuka di tembok. Dudu melihat daftar bukunya,

1. /Buku Monster tentang Monster./

2. /Menyikap Kabut Masa Depan karangan Cassandra Vablatsky/

3. /Transfigurasi tingkat menengah/

4. /Kitab mantera Standar tingkat tiga/

Dudu melipat kembali perkamen kecil dan diselipkannya di saku celananya, bergegas menuju /Flourish and Bloots/

Setelah berhasil mendapatkan semua buku yang ia perlukan, Dudu bergegas menuju toko pakaian, ia berniat membeli dua pasang kaus kaki. Di took pakaian tersebut yang di jaga oleh penyihir muda nyentrik berpakaian

terlalu meriah menurut Dudu, ia berhasil menemukan dua pasang kaus kaki bergambar Knight Bus dan kaus kaki yang bermotif belang-belang, hitam dan putih. Sesudah belanja kaus kaki itu, Dudu bergegas mengunjungi took /‘Houbeinne Weapon Stuffs’ /ini adalah toko senjata milik keluarga Landy, yang cukup besar dan terkenal di Diagon Alley. Ia berbelok di sebuah tikungan dan plang nama toko landy mulai terlihat. Toko landy bisa di bilang toko termegah di Diagon Alley, besar dan selalu ramai pengunjung. Dudu tidak yakin landy berada di sana, karena menurut penutururan Landy sendiri, ia jarang berada di toko. Menurutnya sudah banyak pegawai yang bekerja di sana, dan tenaga landy kurang di butuhkan disana. Tapi dudu berharap landy ada disana, kalau tidak mungkin dudu hanya akan mengucapkan terima kasih kepada Mr Houbeinne karena sudah mau mengantarnya ke stasiun King’s Cross. Dudu memasuki pintu megah yang dijaga oleh dua orang penjaga yang berbadan besar. Ia menuju meja resepsionis untuk bertanya apa ayah landy ada di sana.

“ selamat pagi!” ucap dudu canggung. Dan si resepsionis menyambutnya dengan senyum yang manis sekali, pemuda itu bertanya

“ selamat datang di Houbeinne Weapon Stuffs, ada yang bisa kami Bantu nona cilik?”

Pemuda resepsionis itu mengerling kearah dudu, sungguh manis pikir dudu.

“ saya Duezuk Chavenkov, saya ingin bertemu dengan Mr Houbeinne, saya adalah teman dari anaknya, Landy Houbeinne!”

Dudu menjelaskan dengan sedikit gugup karena pemuda itu terus menerus menatapnya

“ oh Miss Chavenkov, Miss Houbeinne sudah menunggu kedatangan anda di lantai dua ruang Private!”

Dudu lega, senang rasanya landy tau bahwa ia akan kemari. Dudu mengucapkan terima kasih kepada resepsionis itu. dan bergegas ke lantai dua. Dudu menaiki tangga, setelah sampai di lantau dua ia mencari-cari ruangan Private, yang ternyata berada di sebelah kiri tangga. Dudu mengetuk pintunya, dan mendengar jawaban “masuk”. Dudu melangkah masuk tanpa ragu-ragu karena ia tahu bahwa yang menyahut adalah suara dari Landy. Di ruangan yang mirip ruangan kerja, landy tengah duduk di balik kursi dan tenggelam oleh Daily Propet.

“ hi, lan!” sapa dudu dan langsung duduk di sebuah sofa yang empuk. Landy menoleh sejenak tapi kembali lagi menekuni Daily Propet yang ia baca.

“ hi juga du, bagaimana liburan musim panasmu?” ia berkata tanpa menoleh ke arah Dudu dan Dudu tau kebiasaannya Landy.

“biasa-biasa saja, tidak ada yang special, bagaimana dengan mu?” dudu bertanya sambil mengamati sebuah lukisan bergerak yang menampilkan seorang penyihir cilik tengah duduk di atas kerbau, sungguh lucu pikir

dudu geli.

“yah, hanya berkunjung ke Hungaria tempat kakakku bekerja di Departemen Satwa Liar, oh tidak…!” pekik landy ngeri. Dudu kaget melihat keterkejutan landy

“ada apa lan!” Tanya dudu antusias dan menghampiri landy di kursinya. Tetapi landy terus membaca Daily Propetnya tanpa menoleh sedikit pun. Sesudah membolak-balik semua halaman akhirnya landy menoleh kearah dudu yang semenjak tadi berdiri di depannya. Ia memandang ngeri ke arah dudu dan berbisik

“ ia telah kembali!” bisiknya parau, tentu saja dudu tak tau siapa yang telah kembali maka ia bertanya

“siapa yang telah kembali lan?” Tanya dudu serius

Ia menelan ludah dan mengambil nafas sebelum memberi jawaban kepada dudu

“Dia-yang namanya-tak boleh disebut-telah kembali, beritanya ada di Daily Propet terbitan hari ini” landy menyodorkan Daily Propet kearah Dudu. Tapi dudu tidak menerimanya ia bingung dengan perkataan dudu

“siapa yang namanya tak boleh di sebut lan, aku benar-benar tak mengerti!”

Landy memandang dudu ngeri, dan mencoba menebak apakah otak temannya itu sudah separo mencair sehingga terlihat BODOH.

“astaga duezuk, kau tidak tahu –Dia-yang namanya-tak boleh disebut-?” Tanya landy benar-benar heran. Dudu menggeleng cepat. Landy bangkit dari kursinya dan berjalan mondar-mandir, kemudian berhenti untuk menatap dudu. Dan kembali ke kursi sambil membuka-buka halaman Daily Propet.

“oh Dudu kau ini bodoh atau apa, mungkin kau satu-satunya murid Hogwarts yang tidak tau –Dia-yang namanya-tak boleh disebut-!” rutuk Landy sambil memandang sebal ke arah dudu. Dudu kesal di bilang bodoh

“ aku tidak berlangganan Daily Propet, di tempatku mana ada yang seperti itu, dan jangan mengataiku bodoh lan!” jawab dudu sedikit kesal.

Landy terdiam, mungkin baru menyadari hal itu

“ maaf kalau begitu Du, aku lupa bahwa kau tinggal di daerah yang di huni Muggle!”

Dudu memonyongkan bibirnya dan jatuh di atas sofa yang empuk.

“ kalau begitu ceritakan tentang –Dia-yang namanya-tak boleh disebut-?” pinta dudu kesal.

Landy menghela nafas sebentar sambil memutar-mutar kursinya

“ kau benar-benar tidak tau?” Tanya landy tidak percaya, dengan gerakan secepat kilat dudu menggeleng.

Landy bangkit dari kursinya dan mengambil sebotol minuman rasa jeruk kepada dudu. Ia mendudukan diri di sebelah dudu. Dudu membuka tutup botolnya dan meminumnya sampai habis, haus sekali. Landy memainkan jari-jari tangannya, rambutnya yang coklat ikal terurai. Ia kembali menghela nafas

“ baiklah akan kuceritakan, tapi kau harus mendengarkan baik-baik lagi, karena aku tidak akan menceritakan padamu lagi!” dudu mengangguk cepat.

“ Dia-yang namanya-tak boleh disebut- adalah penyihir hitam terbesar dan terhebat sepanjang masa, bahkan Dumbledore pun bergidik ketika di sebutkan namanya.” Landy berhenti sejenak dan mulai melanjutkan lagi

“ nama sebenarnya adalah Lord Voldermort” entah kenapa mendengar nama itu dudu agak bergidik ngeri, walaupun ia baru pertama kali mendengarnya tapi ada sesuatu dari nama itu yang membuat ia menjadi sedikit ketakutan.

“penyihir yang sangat menakutkan, mungkin ia akan mengobrak-abrik dunia sihir ini, dan sihir hitamlah yang berkuasa!” Landy menceritakan dengan mata yang terbelalak ngeri. Dudu menahan nafas, tak bisa ia bayangkan jika dunia sihir ini jatuh ke tangan orang yang memuja ilmu hitam. Dudu menghela nafas sambil memandang landy yang tengah termenung.

“lan, untuk penyihir pemula seperti kita, apa yang perlu kita lakukan?” Tanya dudu lemah.

Landy balik memandang Dudu

“ menurut yang kudengar, ada seorang anak yang selamat dari serangan dia-yang namanya-tak boleh disebut- dan mungkin anak itu adalah orang yang mampu melawan!” jawab Landy mencoba untuk kembali bersemangat.

Dudu hanya diam, apa yang bisa dilakukan oleh seorang anak menghadapi salah seorang penyihir hitam terbaik sepanjang masa, Dudu pesimis. Tapi dudu tak berani menanyakan hal ini pada landy, karena dudu sendiri belum mengetahui secara jelas tentang Voldermort dan anak itu. Dudu mungkin akan segera mencari tahu. Sesegera mungkin.

“ ohya… apa kau sudah membeli semua peralatan sekolah!” Tanya landy mengagetkan Dudu. Dudu menjawab sambil nyengir lebar

“ tenang saja semua sudah beres, bagaimana denganmu lan?”

“oh tentu saja sudah… oh indahnya!” seru dudu sambil megamati liontin sebesar bola pingpong yang tergantung di tas dudu. Dudu melirik landy dan entah mengapa wajahnya terasa panas.

“hei…hei…?” landy melihat wajah dudu yang sudah bersemu merah

“ sepertinya ada sesuatu yang tidak aku ketahui!” sambil menggenggam liontin itu dan mengerling nakal ke arah dudu.

“ ayolah du, ceritakan ada apa dengan wajahmu itu dan tentu saja liontin ini?” dudu hanya bisa mengendikkan bahunya dan tersenyum.

“hadiah dari seseorang!” jawab dudu singkat sambil mengalihkan pandangan ke arah lukisan bergerak seorang penyihir cilik. Ku harap landy tidak bertanya lagi, harap dudu dalam hati. Tetapi ternyata dudu salah besar jika landy berhenti untuk menanyainya.

“ aha…aku tau, kau sedang jatuh cinta du, dan ini pemberian dari si ‘dia’ kan?” Tanya landy sambil menimbang-nimbang liontin itu.

“ ayo ceritakan, kalau tidak akan ku sulap liontin ini jadi sebongkah batu?” landy telah siap mengeluarkan tongkat sihirnya yang terbuat dari taring /Basillisk/ dan bulu /Pegasus/. Terang saja dudu segera mencegahnya.

“baiklah, baiklah akan kuceritakan, tapi jauhkan dulu tongkat sihirmu dari liontin ku!” pinta dudu memelas, landy hanya tersenyum geli, kena kau du, serunya dalam hati. Dudu bangkit dari kursinya, mencoba untuk berfikir darimana ia seharusnya memulai cerita tentang Stan Shunpike, setelah beberapa langkah, dudu memutuskan untuk memulai saat Stan memberikan liontin itu. Dudu berdehem sebentar

“ ehm… aku ke Diagon Alley dengan Knight Bus dan Stan memberikan liontin ini padaku, karena aku… Sering berkirim surat padanya!” dudu duduk

kembali ke sofa dan memandang kemana saja asal tidak ke landy.

“ kau yakin hanya begitu Dudu?” kata landy penuh selidik

“yeah… Cuma itu!” jawab dudu sambil tetap terus mengalihkan pandangan kemana saja.

“ oh … baiklah!” landy masih menimbang-nimbang liontin itu, dan dengan cepat ia kembali mengacungkan tongkat sihirnya

“ hei lan, apa yang akan kau lakukan!” jerit dudu, landy terkekeh

“oh dudu, kurasa kau belum menceritakan semuanya… jadi!” sambil terus mengacungkan tongkat sihirnya ke arah liontin itu, landy tersenyum licik. Dudu hanya bisa terpaku melihatnya

“ lan, tidak ada lagi yang bisa kuceritakan, aku…. TIDAK…!” dudu menjerit ketika landy berusaha menjatuhkan liontin itu ke atas lantai dan ia menjatuhkannya, tapi berhasil landy tangkap kembali. Mengerling nakal ke arah dudu

“ups… sory du, tanganku licin!” kata landy sambil terkekeh geli melihat tampang dudu yang pucat pasi. Tiba-tiba saja dudu merasa amarahnya mulai naik, dan dengan kesal ia mengeluarkan tongkat sihirnya dari saku celana, mengacungkannya tepat ke muka landy. Landy terkejut, tapi ia tetap siaga dengan tongkat teracung ke arah liontin itu.

“ hei du, santai, aku kan Cuma ingin mendengar ceritamu tentang liontin ini!” ia menunjuk liontin dudu sambil matanya tetap mengawasi tongkat dudu yang tepat mengarah persis ke wajahnya. Landy tahu, dudu lebih mahir mantera dibanding dengannya, yang lumayan dalam Herbologi.

“bukankah sudah kuceritakan!” jawab dudu ketus sambil tetap mengacungkan tongkat sihirnya. Landy menghela nafas “ ayolah du, kau tidak bisa menyembunyikan sesuatu dariku…” ujar landy gusar, takut-takut kalau dudu mengucapkan beberapa patah mantera yang bisa membuatnya kutilan atau semacamnya. Dudu hanya bisa diam, ia sangat kesal dengan bagaimana landy memperlakukan liontinnya yang berharga demi mengorek ceritanya, ini cara sampah, pikir dudu yang bertambah kesal. Landy melihat kemarahan bertambah di mata dudu, ini tidak baik pikir landy.

“ okey, aku menyerah!” kata landy sambil menyerahkan liontin ini kepada dudu. Dengan secepat kilat dudu mengambilnya dan menurunkan tongkat sihirnya. Memasukkan kembali ke saku celananya, sambil menggantungkan kembali liontin itu.

Dudu berbalik ke arah landy “ taukah lan, kau tidak perlu berlaku seperti itu, aku memang berniat menceritakan tentang liontin itu SELENGKAPNYA padamu, tapi … sepertinya dengan melihat kelakuan mu tadi aku mengurungkan niatku!” dudu berkata sambil memanggul tas ranselnya kembali. Landy hanya bisa memandangnya

“ jadi aku harus apa du, minta maaf?” dudu tanpa memandang landy, mulai membenarkan tali sepatunya , landy sama dengannya sama-sama keras kepala hingga terkadang satu sama lain tak mau mengalah, tapi dudu benar-benar kesal hari ini.

“ tidak perlu!” jawab dudu singkat. Dan ia mulai melangkah ke arah pintu,

berhenti sesaat

“ ohya aku lupa, tolong sampaikan pada ayahmu ucapan terima kasihku, bilang padanya aku tak usah diantar ke King’s Cross, dan… sampai jumpa

di Hogwarts!” dudu membuka pintu dan pergi tanpa menoleh ke belakang.

Sial, rutuknya dalam hati, dudu belum bisa memadamkan api kemarahan yang berkobar dalam dirinya. Tak tahukah liontin itu berharga baginya, liontin dari orang yang ia sukai, pernahkah landy berpikir bahwa caranya itu salah. Dasar idiot, pikirnya. Sambil menuruni tangga, ia kini ragu siapa yang lebih idiot, landy ataukah dirinya yang dipenuhi kemarahan. Baru kali ini, ia bersikap begini terhadap landy. Penyesalan tiba-tiba mengaliri tubuhnya. Dudu sudah sampai di mana ia, berbicara dengan pemuda resepsionis itu. ia memandang ke arah meja resepsionis itu, terlihat olehnya seorang laki-laki dewasa yang berambut pirang panjang berbicara dengan resepsionis itu. Lagaknya seperti bangsawan, pikir dudu sekilas melihat pria berambut pirang panjang itu. dudu bergerak secepatnya ke pintu utama, dan meninggalkan toko landy. Hari sudah agak sore waktu itu, dan dudu tidak menyadari bahwa di belakangnya sosok Landy tengah berlari mengejarnya.

Sesampainya di dalam kamar penginapan, ia membaringkan diri ke kasur dan berharap ia segera terlelap, tapi matanya terus menatap ke langit-langit penginapan. Terdengar pintu di ketuk, dengan malas ia bangkit dari

ranjang dan membuka pintu.

“ hi, du!” landy muncul di depan pintu dengan tubuh bersimbah keringat dan nafas yang tersenggal-senggal. Dudu lalu membiarkan pintu terbuka dan duduk di atas ranjangnya. Landy masuk dan menutup pintunya.

Bukan saat yang tepat, pikir dudu, sekarang ini ia masih diliputi kemarahan, tapi telah sedikit mereda. Landy mengambil kursi dan duduk di

hadapan dudu.

“ maaf!” ucapnya kikuk sambil memandang berkeliling, seolah-olah meminta

dinding penginapan untuk memberi tahunya apa yang seharusnya ia ucapkan. Dudu tetap tak bergeming, ia hanya memandang ke arah sepatunya.

“ aku memang sudah keterlaluan, tapi aku tak bermaksud menyakitimu, sobat!” ia mengambil nafas dan melanjutkan

“ aku hanya bercanda waktu itu, kau tau aku kan Du? Tapi… kalau itu menyinggungmu aku benar-benar menyesal!” kali ini dudu berhenti menatap arah sepatunya, dan gentian menatap landy yang tengah meremas-remas bagian ujung kaus hitamnya. Dudu menghela nafas dan berdiri ke arah jendela, ia sudah lebih mendingan sekarang. Di luar tampak lampu-lampu rumah mulai dinyalakan. Dudu berbalik menghadapi landy yang sekarang menatapnya,

“ aku mencium Stan!” kata dudu sembari duduk kembali ke ranjang.

Landy ternganga lebar “HAH, kau apa Stan?” Tanya landy dengan muka yang setengah ngeri setengah lagi kelihatan jijik. Dudu, mau tak mau melihat muka Landy tersenyum geli. Landy bangkit dari kursinya dan berjalan mondar-mandir

“ aku tak percaya, kau MENCIUM Stan Shunpike, pemuda yang wajah dan lehernya di penuhi jerawat serta memakai topi miring di kepalanya, OH…” jerit landy “ dan dia itu seorang kondektur Bus Gila yang seumur hidup tak akan ku naiki lagi!” landy meninjukan tangannya ke udara. Dudu hanya bisa mengangguk dan tersenyum melihat betapa herannya landy mendengar kabar-yang mungkin buruk- bagi landy. Kini landy duduk di sebelah dudu, dan mulai memegang keningnya, memeriksa bahwa ia waras atau gila.

“ du, aku tak tau harus berkata apa!” katanya menyesalkan perbuatan dudu seolah dudu telah melakukan pelanggaran besar yang bisa menyebabkan dudu di kurung di Azkaban.

“ kau tidak perlu berkata apa-apa, karena aku melakukannya atas dasar keinginanku sendiri, dan aku senang dengan itu!” jawab dudu jujur. Landy hanya memandang sahabatnya itu dengan tatapan yang iba

“ baiklah du, aku tak bisa menyalahkanmu, toh sudah terjadi, tapi aku perlu Tanya satu hal, di bagian mana kau cium Stan, tentunya bukan jerawatnya kan yang kau cium!” dudu tertawa dan menepuk-nepuk bahu temannya, landy memasang tampang bodoh

“tidak, tentu saja bukan jerawatnya!” jawab dudu sambil memegangi perutnya yang sakit karena tertawa, ia melanjutkan

“hem…pipi tentu saja, dan sekarang kurasa jerawat Stan mulai berkurang, mungkin ia telah melakukan pengobatan ke St Mungo, bangsal Penyakit kulit dan Sejenisnya!” landy ikut tertawa.

“ maaf sobat tadi aku marah-marah” lanjut dudu. Landy mengerling ke arahnya

“ tidak apa, aku juga yang salah!” lalu mereka sama-sama tersenyum.

“ hey du, kenapa harus Stan? Masih banyak cowok ganteng di Hogwarts!” Tanya landy, dudu hanya tersenyum

“ entahlah, kan Love is blind-cinta itu buta-!” jawab dudu asal. Landy mendengus

“ mungkin kau terlalu buta, perlu ganti kacamata saranku!” dudu membenarkan posisi kacamatanya.

“ memang kau kira siapa yang menurutmu tampan di Hogwarts?” Tanya dudu sambil membaringkan badan ke atas ranjang.

“ banyak, masa kau tak tahu!” landy melakukan hal yang sama, kini mereka berdua menatap atap.

“ misalnya saja, Kapten Quidditch tercinta- Oliver Wood-!” dudu membayangkan sosok Wood dalam balutan seragam Quidditch Gryffindor, lumayan juga sih dia pikir dudu, tapi masalahnya ia selalu membangku cadangkan dudu di setiap permainan. Dikiranya aku Beater yang Idiot. Landy kembali berkata “ atau mungkin Cedric Diggory, anak Hufflepuff, atau si kembar Weasley, yang seangkatan dengan kita, menurutku ia lebih baik dari Stan!”

Dudu mendengus, yang benar saja, karena Fred dan George lah ia selalu di

bangku cadangkan menjadi Beater, walaupun mereka berdua memang sedikit lebih baik ketimbang dirinya, tapi kelakuan mereka di luar batas nak-anak normal, selalu membuat onar.

“ ada yang lain?” Tanya dudu sal. Landy berpikir

“ ada, anak kelas tujuh dari Slyterin yang bernama Derick Jackson atau mungkin Peter Goldstein dari Ravenclaw, Jeremy Landon dari Slyterin juga cool menurutku, tapi mereka semua anak kelas tujuh yang sebentar lagi lulus!” kata landy sedikit sedih.

Dudu menggelengkan kepalanya, heran karena sahabatnya yang satu ini mengetahui cowok keren di Hogwarts, padahal baru dua tahun Di Hogwarts, dasar pemburu cowok ganteng! Landy kembali berkata

“ mungkin anak kelas enam atau lima, Scotty McKinson dari Hufflepuff, Edmundo Solary dari Ravenclaw, yang berkulit coklat, tapi macho banget lho!!! Atau Nicholas Gaylord –tidak seperti Nick-si kepala-nyaris putus-tentunya, atau…!”

“ sudah cukup, semalaman tak akan cukup untuk menyebutkannya!” hardik dudu. Landy mengerucutkan bibirnya, pertanda ia kesal. Mereka berdua terdiam, dan mata dudu mulai mengantuk. Lelah sekali hari ini, batin dudu, tapi ia senang karena telah berbaikkan dengan landy. Dudu memejamkan matanya dan mulai tertidur.

2 komentar:

  1. buset panjang bener...pusing gw bacanya hehehehe...

    BalasHapus
  2. seru du, bikin cerita aja kayak neno..seru pasti,kalo ada tulisan baru kabarin yah,jadi gw bisa baca duluan dari yang lain..hehehe

    BalasHapus