Minggu, 04 September 2011

Surat

Jakarta, 4 September 2011

Kepada:
Suami Masa Depanku
Di
Suatu Tempat di pelosok dunia ini


Assalamualaikum Wr. Wb.


Hai kau, suami masa depanku, apa kabar? Ku harap kau baik2 saja.
Aku menulis ini, bukan karna aku gila, aku hanya ingin kau tahu, bahwa aku sangat ingin bertemu denganmu. Aku tahu kita akan bertemu, Dia akan mempertemukan kita, tapi kita masih tidak tahu kapan.
Hei, apa kau sama denganku? apa kita seumur? apa kita adalah teman lama? atau seseorang yang benar-benar asing? Andaikan aku mengetahuimu, aku ingin mengenal lebih banyak tentangmu.
Aku sudah tidak sabar untuk bertemu denganmu wahai pria yang akan mendampingiku seumur hidupku. Aku ingin bercerita tentang kehidupan, aku ingin kau mendengar semua celotehanku, biarpun mungkin kau bukan pendengar yang baik, tapi aku tahu kau pasti akan mendengarkanku.
Aku pasti akan mencintaimu, tapi cintaku padamu tak akan sebesar cintaku pada Tuhan, ku yakin kau pun berfikiran yang sama...
Aku tidak yakin apakah aku akan menjadi isteri yang baik, apa kau juga berfikir seperti aku, tapi ketika kita bertemu nanti, segalanya akan baik-baik saja kan :)?
Aku benar-benar ingin bertemu denganmu...
Hei berapa banyak anak yang kau inginkan??? Aku ingin punya anak yang banyak, mungkin 4 hahahahahhahahaha,aku tahu kau pasti menelan ludah atau menertawakanku, tapi aku serius :)
Jalan yang kita tempuh mungkin akan sangat berliku, pada tikungan tertentu aku berharap bertemu denganmu, mengucapkan "hi" :)

Ah, aku mulai mengantuk, aku yakin kau pun sedang beristirahat disuatu tempat disana...
Aku ingin kau menjaga tubuhmu, biar kita bisa bertemu, dan aku pun akan demikian...
Tetap sehat, dimanapun kita akan bertemu nanti, aku pasti tidak akan melupakannya :)

Sampai disini dulu suratku, aku harap kau membacanya dan membalas...

Wassalam


Isteri masa depanmu
Diyah K


P.S. ku harap ketika kita bertemu nanti, kita akan sama2 seperti tersetrum hehehehheehhehehe

Sabtu, 03 September 2011

another midnight words

Hi This is Duezuk chavenkov who's can not stop peeking at ..... (sensored) ...
I'll write a poem here ...


Senyap, aku tak melihat cahaya dalam dekapanmu
ketika aku terhanyut dalam sebuah retorika
dan kau ada disana...

Sepi, aku tak melihat jiwamu tersentuh akan asa ini
Jika luka itu masih terperi...

Dalam kegelapan ku berjalan, terseok-seok
Mencari sebuah pembenaran atas apa yang kau lakukan
Tapi tidak...
Tidak secuil daging pun aku akan merelakan

Aku tidak mengerti kenapa jalanku berbeda dengan orang lain
Mereka semua punya peta...
Aku hanya bisa meraba lewat teropong butut

Menjerit dan menangis, meratap dan mencabik
itu yang kau lakukan padaku

Seseorang tolong dengarkan
Rintihanku berdengung sampai ujung negeri...

Banyak, bukan lebih banyak lagi yang akan terluka
dan aku tidak tahu harus bagaimana