Minggu, 06 Desember 2009

Another Story Part 3 by Diyah Kusumawati

Another Story
Part 3
by Diyah Kusumawati
xxxxxxxxxxxxxxxxxx

Duezuk memandang Rachef yang saat ini sedang menyelonjorkan kakinya sambil medesah panjang.
"taukah kau Du, kopi tak membuatku tahan untuk tidak tidur, percayalah minum seberapa gelas pun bagiku sama saja, kalau sudah mengantuk, ya tidur!" ujar Rachef sambil memejamkan matanya.
Duezuk masih memandangnya, ia sedikitpun tak menyimak kata-kata rachef, ia terlalu sibuk memandangi rachef.
"Rach, kau tadi ke Shut Up and Eat kan?” duezuk bertanya dengan nada serius.
Rachef membuka matanya “hem!”
Duezuk bergerak-gerak gelisah di kursinya, seakan-akan ada timbunan lem di kursi yang ia duduki sekarang.
“memang kenapa? Kau sepertinya ingin tahu tentang tempat itu?” tanya rachef, sekarang ia bangkit dari tidurnya.
Duezuk menghela nafas “menurutku tempat itu mengerikan?”
Rachef memandang Duzeuk heran.
“astaga,itu kan cuma restoran Du, restoran, tempat dimana kau makan,minum, dan mengobrol, dibagian mananya yang mengerikan, aku tak paham!" seru rachef
Duezuk tertunduk, "ku jelaskan juga kau tak akan paham!" ujarnya sambil bangkit dari kursi.
"hei, kau kira aku sebodoh itu, kau tahu, aku mendapat C+ untuk ujian fisika hari ini, bayangkan C+, berapa banyak orang sih yang mendapat C+ sepertiku, bahkan orangtuaku sudah menyiapkan turkey untuk menu makan malam!" Ujar Rachef berapi-api
Duezuk mendengus "dasar idiot, kau satu-satunya orang yang mendapat C+, sedangkan yang lain mendapat B, dan aku mendapat A!"
Rachef mengigit bibirnya "yeah,, aku bangga mendapat C+!"
"tapi hey, aku benar-benar tak mengerti kenapa kau berfikir Shut Up and Eat adalah tempat yang menakutkan, kau tahu Duezuk Chavenkov, aku lahir di sini, dan restoran itu sudah ada sebelum aku lahir, kau tahu betapa tuanya itu dan itu sudah menjadi bagian dari Astoria!"
Duezuk terdiam.
Rachef menambahkan "kau belum lama tinggal disini, kenapa pula kau bisa menyimpulkan bahwa Shut Up and Eat adalah tempat yang menakutkan, restoran ini adalah bagian dari Astoria, bahkan, kata buyutku-kalau dia tak salah ingat, John Jacob Astor pernah makan siang disana?"
Duezuk memutar bola matanya "John Jacob Astor itu hidup pada tahun 1800an, kukira Shut Up and Eat tidak setua itu!"
Rachef memandangnya "ya sudah kalau kau tidak percaya, kau ini aneh, menyebut-nyebut menyeramkan, padahal kau belum pernah mencoba untuk menginjakkan kaki kesana!"
Duezuk memandang Rachef sedih
"a... aku tak bisa menceritakannya!" ujarnya lirih
Rachef menghela nafas "kau benar-benar aneh deh, belum lagi buku yang kau baca 'Lycanthopy', kita sudah cukup besar untuk tidak mempercayai mitos!"
Duezuk memandangnya tajam "bagaimana kalau sebuah mitos itu ternyata benar?"
Rachef tertawa sinis "yeah, aku percaya kalau Santa akan datang saat natal nanti, atau peri gigi akan mengambil gigiku yang tanggal dan menukarnya dengan hadiah, atau saat bulan purnama tiba, jangan keluar kamar karena para werewolf menunggumu di pintu depan, bagus, aku sangat mempercayainya hingga ingin tertawa!"
Duezuk terdiam
"coba pikirkan, apakah kau pernah menemukan santa di cerobong asapmu?atau kau mendapat hadiah dibawah bantalmu, kalaupun ada, mereka adalah manusia, orangtuamu yang memberikan hadiah saat natal!" seru rachef
"aku tidak pernah mendapat hadiah dari santa!" katanya
"nah, itu maksud ku, kau tidak pernah menerima hadiah dari santa, karena santa tidak pernah ada!" Rachef bergerak mendekat ke arah Duezuk.
"aku tidak bermaksud menyinggungmu, tapi kau mengatakan hal yang tidak masuk akal, kau bahkan tidak punya bukti!" ujarnya lagi
"aku benar-benar ingin kau tahu rach, tapi aku tak mungkin mengatakannya!" duezuk memandang tepat ke mata hijau rachef
"apa?kau ingin mengatakan apa? bahwa kau seorang peri? atau kau seorang vampir?sungguh tak lucu"Rachef berbalik ke arah pintu
"sepertinya hujan sudah reda, aku harus pulang, bye!" ia berjalan ke luar tanpa menoleh sedikitpun kearah dueuk yang masih berdiri mematung di tempatnya.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Tidak ada komentar:

Posting Komentar